Saturday 15 October 2016



PADA SEBUAH HATI
Terlalu banyak yang membelenggu,
terlalu banyak yang menghimpit,
hingga menyukarkan aku untuk bernafas,
biarpun sehela,
Terkadang ku kuat untuk meenghadapi,
berdepan dengan realiti yang pasti,
bukan mimpi
terkadang aku takut untuk berdepan,
pabila memikirkan yang aku akan kesaorangan,
Mengapa dengan mudahnya aku dibuang,
tanpa belas tanpa simpati,
seolah aku pesalah yg harus dihukum,
tanpa bicara tanpa saksi pembela
Mengapa kau menjauh tiba tiba,
tanpa alasan tanpa sebab,
seolahnya aku tak layak untuk didekati
apatah lagi untuk disayangi


Diri setia melangkah
memijak pasiran pantai
yang butirnya sesekali
menjamah lipatan kaki celana

Terhenti seketika
tatkala mata tertancap pada dia
yang sedang asyik melihat mentari
kian tenggelam dihorizon langit

Langkahku semakin pantas
ingin pergi jauh
jauh dari dia
jauh dari kenangan
yang pernah merobek dalam hati ini
yang pernah memalit derita di jiwa ini


Kebenaran itu menyakitkan
menidakkan kebenaran
itu lebih menyerihkan
membuang kenangan itu tanpa rela
menafikan rasa yang tumbuh kerna terpaksa

Kolam mata ini tak pernah kering
darah kelukaan ini enggan berhenti
degupan sudah celaru iramanya
biar tiada nyata pada manusia lain
kerna hanya dia yang mengerti

Diri terus jua melangkah
moga figuranya fatamorgana cuma
yang cuba menguji dalamnya cinta
yang mahu menduga tembok rohani



AKU YANG MASIH DISINI
Di sini tiada lagi
deru ombak mengusik pantai
hanya angin yang tersipu sipu
membisik di cuping dedaun usang
Biarpun ku meniti awan
menyusur lengan pelangi
mencari resah sepi yang hilang
namun rindu tetap berguguran
sentiasa menghampiri dibingkai senja
Biarpun bunga bunga beralih musim
namun kesetiaan ini tidak pernah lusuh
biarpun layu ditangkai madu